Bantuan Wirausaha untuk Pemberdayaan UKM

oleh Agu 2, 2019Studi Kasus

Tantangan

Menurut riset lembaga pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Kewirausahaan FEB UI tahun 2018, perkembangan UKM di tanah air mengalami dua hambatan utama, yakni kesulitan modal dan pemasaran. Permasalahan modal menghambat para pelaku UKM untuk melakukan ekspansi usaha dan “naik kelas” ke level selanjutnya. Permasalahan ini sangat terkait dengan urusan akses pembiayaan. Tren saat ini menunjukkan akses mayoritas pembiyaan UKM bertumpu pada sektor perbankan. Padahal potensi pembiayaan melalui sektor lain masih terbuka luas dengan jangkauan akses yang lebih luas.

Pembiayaan melalui sektor non-perbankan (koperasi, leasing, factory, gadai, pasar modal), dan jenis-jenis pembiayaan kredit (hibah, equity, asuransi) masih belum dimaksimalkan oleh pemerintah. Menurut Ketua lembaga pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan kewirausahaan FEB UI, tren pembiayaan ini akan mengarah ke financial technology (fintech), dimana dalam penyaluran pembiayaan, tidak lagi memerlukan tenaga manusia dan lokasi tertentu. Langsung disalurkan ke gawai masing-masing. Isu lain yang akam mempengaruhi UKM di tahun 2018 adalah perkembangan ekonomi kreatif, lebih dari 90% sektor ekonomi kreatif merupakan kelompok UKM.

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan wirausaha berperan besar untuk mencapai aspek ekonomi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), terutama untuk mencapai tujuan ke-8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi. Pemerintah Indonesia akan mengintegrasikan SDGs ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sebagai badan koordinator untuk penerapan SDGs yang bersifat lintas sektor. (Sumber : http://sdgsindonesia.or.id).

 

Strategi kami

Filantra dan Adira Finance Syariah bersinergi menjalankan program Bantuan Wirausaha untuk 50 orang pelaku UKM yang tersebar di Solo, Yogyakarta, Cirebon, Malang dan Bogor guna membantu mereka dalam hal kesulitan modal dan pemasaran dengan beberapa kegiatan sebagai berikut :

  1. Bantuan Modal dan Sarana Usaha

Bantuan modal usaha diberikan kepada penerima manfaat dengan akad pembiayaan Al Qard (pinjaman) dan bantuan sarana usaha berupa bantuan perlengkapan usaha.

  1. Penguatan Produk

Penguatan produk adalah suatu bentuk optimalisasi produk penerima manfaat terutama dalam hal branding & sertifkasi produk. Penguatan produk ini bertujuan memperkuat merek dan legalitas produk para penerima manfaat sehingga dapat dengan mudah dikenal oleh masyarakat luas dan mudah dalam hal pemasaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan penghasilan penerima manfaat.

  1. Pembinaan Kewirausahaan

Kegiatan pembinaan kewirausahaan dilaksanakan rata-rata 1 kali dalam sebulan berupa pemberian training oleh praktisi maupun akdemisi yang bertujuan menigkatkan pengetahuan serta skill penerima manfaat agar lebih maksimal dalam menjalankan usaha serta mampu meningkatkan take home pay masing-masing penerima manfaat.

  1. Pendampingan

Kegiatan pendampingan ini dilakukan oleh seorang fasilitator yang meliputi motivasi, pencatatan keuangan (omzet, biaya produksi dan take home pay) dan proses penjualan.

 

 

Hasil dan Dampak

Program Bantuan Wirausaha Adira Finance Syariah turut mendukung tiga (3) poin tujuan SDGs, sebagai berikut:

  1. Tujuan SDGs ke-1 Tanpa Kemiskinan

Relevan dengan tujuan SDGs ke-1 Tanpa Kemiskinan yang bertujuan untuk mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk dimanapun yang merupakan salah satu indikator SDGs, program bantuan wirausaha berhasil mengentaskan 50 orang penerima manfaat dari kemiskinan.

Laporan grafik omzetnya menunjukan bahwa 82% penerima manfaat konsisten mengalami peningkatan omzet setiap bulannya, hal ini dikarenakan cukup intensifnya pendampingan yang dilakukan, serta didukung dengan instrument lain berupa permodalan usaha, sarana usaha, dan penguatan produk.

  1. Tujuan SDGs ke-5 Kesetaraaan Gender

Dari total 50 orang penerima manfaat yang dibantu, sebanyak 58% atau sebanyak 29 orangnya adalah kaum perempuan yang rata-rata ibu rumah tangga. Hal tersebut sejalan dengan tujuan SDGs ke-5 Kesetaraan Gender untuk turut menyetarakan derajat dan memberdayakan kaum perempuan.

Adapun latar belakang mereka dalam mengikuti program ini diantaranya adalah untuk menghidupi keluarga, hal tersebut mendorong mereka untuk bisa berdaya dan mandiri agar bisa mendapatkan penghasilan maupun untuk membantu suami.

  1. Tujuan SDGs ke-8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi

Setelah mengikuti program ini mayoritas penerima manfaat merasa lebih percaya diri dalam menjalankan aktivitas usaha mereka dikarenakan mampu memberikan produk yang lebih berkualitas. Produk yang berkualitas tersebut berdampak positif terhadap meningkatnya jumlah pelanggan yang kemudian berdampak terhadap kenaikan omzet dan laba.

Hal tersebut relevan dengan tujuan SDGs ke 8 Pekerjaan yang Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, dimana para penerima manfaat bisa menciptakan perumbuhan ekonomi mereka melalui program ini melalui produktivitas bisnis yang mereka hasilkan.

 

 

Pembelajaran

Bekerja sama dalam program Bantuan Wirausaha ini bersama Adira Finance Syariah memberikan kesempatan bagi kami untuk menanamkan pola dasar mengenai pemberdayaan ekonomi khususnya dalam bentuk Bantuan Kewirausahaan. Untuk mecapai kesuksesan program Bantuan Kewirausahaan terdapat beberapa poin penting yang harus diperhatikan sebagai berikut:

  1. Tanamkan Mentalitas yang kokoh

Mentalitas merupakan hal paling penting, karena itu akan menentukan kesuksesan penerima manfaat dalam menjalankan usaha. Pastikan program berhasil menanamkan mentalitas yang kokoh kepada setiap penerima manfaat, dimana penerima manfaat menjadi tidak mudah menyerah, persisten dan tahan banting jikalau menghadapi goncangan seperti kerugian, dsb. Mentalitas yang kokoh pula lah yang dapat menghasilkan pengusaha-pengusaha besar di kemudian hari.

  1. Modal Materi

Modal ini dapat berupa dana maupun sarana-prasarana. Ini merupakan instrumen lain yang dapat menunjang kesukseskan suatu bantuan kewirausahaan. Setelah menginternalisasi mental yang kokoh tadi, selanjutnya penerima manfaat perlu disokong oleh modal yang cukup sebagai alat bagi mereka untuk mengembangkan usahanya.

  1. Branding

Di era sekarang ini branding sudah menjadi hal yang penting, dengan adanya sentuhan branding pada produk penerima manfaat, hal tersebut dapat memperkuat bargaining position produk dan bisnis mereka. Belum lagi jika bisnis didukung dengan sistem penjualan (sales) yang terpadu, peningkatan pendapatan sudah akan menjadi hal yang lumrah. Dengan kata lain brand ini perlu dikelola dengan serius untuk menghasilkan pendapatan penerima manfaat.

  1. Pendampingan

Pendampingan ini penting dijalankan untuk memastikan penerima manfaat tetap ‘on the track’, serta untuk membantu penerima manfaat di kala mereka menemukan kesulitan. Pendampingan ini tentu harus dijalankan dalam jangka waktu tertentu dengan exit strategi yang jelas.

Dengan kata lain pendampingan tidak bisa selamanya dilakukan tanpa jangka waktu yang dibatasi, karena sesungguhnya kesuksesan suatu program dinilai dari keberlanjutan dampaknya (sustainable impact) yang dirasakan masyarakat, bukan tentang keberlanjutan program (sustainable program).

Keempat poin tersebut dapat membantu dalam perumusan sebuah program pemberdayaan ekonomi berupa bantuan kewirausahaan seperti yang kami kerjasamakan bersama Adira Finance Syariah ini. Tak kalah penting untuk selalu memastikan exit strategy sudah ditetapkan di awal berjalannya program agar program tersebut memiliki tujuan yang jelas dan indikator keberhasilan yang kuat. Untuk program ekonomi seperti ini exit strategy yang biasa ditetapkan misalnya adalah kelompok usaha bersama yang menjadi kelembagaan seperti koperasi, BUMDES, dsb.