MENGURANGI KONSUMSI PLASTIK DI HARI BUMI

oleh Apr 23, 2024Wawasan

Daur ulang pernah dianggap sebagai solusi ideal untuk jumlah plastik yang berlebihan yang diproduksi setiap tahun. Namun, hal ini sudah tidak tepat lagi. Kapasitas daur ulang global tidak mampu mengimbangi laju penggunaan, pemanfaatan, dan pemborosan sumber daya alam.

Potongan Plastik Hasil Daur Ulang | Foto: iStock

Hari Bumi merupakan perayaan lingkungan tahunan yang diadakan setiap 22 April yang melibatkan lebih dari satu miliar orang dalam rangkaian kegiatan advokasi kesehatan planet ini dan makhluk hidup di dalamnya. Acara ini menyediakan beragam cara untuk terlibat, mulai dari berpartisipasi dalam Great Global Clean Up, mendukung seruan untuk pendidikan iklim di sekolah-sekolah, atau menandatangani Perjanjian Plastik Global.

EARTHDAY.ORG, organisasi yang pertama kali menyelenggarakan peringatan Hari Bumi 54 tahun yang lalu menetapkan tema peringatan setiap tahunnya dan menetapkan “Planet vs Plastik,” sebagai tema Hari Bumi 2024. Tema ini menekankan komitmen global untuk mengatasi krisis plastik secara langsung. Tujuannya adalah untuk mencapai pengurangan produksi plastik sebesar 60% pada tahun 2040 dan mengupayakan masa depan yang bebas dari plastik karena daur ulang saja tidak cukup.

Polusi plastik meracuni planet kita, dan produksinya menghasilkan gas rumah kaca (GRK) yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Menurut sebuah studi yang dikutip oleh UNEP (2018), sepertiga dari semua sampah plastik berakhir di tanah atau air tawar. Sebagian besar plastik ini hancur menjadi partikel yang lebih kecil dari lima milimeter, yang dikenal sebagai mikroplastik, dan kemudian terurai menjadi partikel nano (berukuran kurang dari 0,1 mikrometer). Kita menghirup serta menelan partikel-partikel kecil ini dan bahan kimia beracun yang terlepas darinya. Sebagian besar plastik tidak pernah didaur ulang dan kemudian berkontribusi pada krisis sampah yang sangat besar yang juga membunuh satwa liar.

Saat ini, pembuatan plastik menyumbang 4% dari emisi gas rumah kaca dan akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2060 jika kita terus melanjutkan produksi plastik dengan laju saat ini. Plastik terbuat dari minyak dan oleh karena itu, merupakan bagian dari industri bahan bakar fosil. Menurut Badan Energi Internasional, minat kita terhadap penggunaan plastik mendorong meningkatnya permintaan akan produk petrokimia. Bahkan ketika kita berusaha untuk membatasi penggunaan bahan bakar fosil di sektor-sektor seperti transportasi dan pemanas, konsumsi plastik masih terus meningkat. Center for International Environmental Law (CIEL) memperkirakan jika kecenderungan ini terus berlanjut, plastik akan menyumbang 20% dari konsumsi minyak pada tahun 2050.

Pembakaran sampah secara terbuka adalah hal yang umum dilakukan di banyak bagian dunia untuk menangani sampah dan menjadi sumber polusi udara yang signifikan. Pembakaran plastik melepaskan campuran bahan kimia beracun yang merusak kesehatan planet ini dan orang-orang yang terpapar udara yang tercemar. Karbon hitam adalah salah satu polutan yang serius – karbon hitam memiliki potensi pemanasan global hingga 5.000 kali lebih besar dari karbon dioksida. Secara alami, sinar matahari dan panas menyebabkannya melepaskan metana dan etilena – dan dengan kecepatan yang semakin meningkat saat plastik terurai menjadi potongan-potongan yang lebih kecil.

Puncaknya, penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik merusak kemampuan mikroorganisme laut untuk menyerap karbon dioksida dan melepaskan oksigen. Lautan menghasilkan setidaknya setengah dari oksigen di Bumi, terutama melalui plankton. Organisme kecil ini juga menangkap karbon melalui fotosintesis, menjadikan lautan kita sebagai penyerap karbon yang sangat penting. Mikroplastik merusak kemampuan organisme ini untuk tumbuh, berkembang biak, dan menangkap karbon. Dengan memakan mikroplastik, plankton mempercepat hilangnya oksigen di lautan.

 

 

Daur Ulang Masih Bermanfaat

Mendaur ulang masih bisa bermanfaat. Tidak semua plastik dapat digunakan kembali, terutama peralatan medis. Ketika semua pilihan lain telah habis, daur ulang membuat bahan tersebut tetap berada dalam siklus ekonomi dan untuk sementara waktu menunda kebutuhan akan plastik baru. Namun, keberadaan daur ulang tidak boleh menjadi pembenaran untuk memproduksi lebih banyak plastik.

Proses daur ulang juga tidak boleh menyebabkan polusi. Produsen seharusnya hanya memproduksi plastik yang dapat didaur ulang dengan menggunakan metode yang terbukti aman dan bersih serta melarang penggunaan bahan tambahan beracun. Pelabelan sederhana dapat membantu konsumen dalam membuat keputusan yang tepat tentang bagaimana, di mana, dan apa yang akan digunakan kembali atau didaur ulang, yang dapat membantu mencegah beban daur ulang terkontaminasi dengan limbah dan racun yang tidak dapat didaur ulang.

Plastik yang diekspor untuk didaur ulang harus dikelola dengan cara yang paling bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. Negara-negara kaya yang mengekspor sampah ke negara-negara miskin untuk didaur ulang dengan harga murah, melakukannya tanpa adanya jaminan bahwa ada infrastruktur untuk mengelola sampah tersebut di tempat pembuangan akhir. Akibatnya, sampah bocor ke lingkungan dan plastik beracun menyumbat saluran drainase dan menyebabkan banjir. Sebagian dari sampah ini dibakar di luar ruangan, yang memiliki risiko terhadap kesehatan dan lingkungan. Karenanya, melarang atau membatasi ekspor sampah menjadi penting.

Di sisi lain, sektor sampah informal mempekerjakan pekerja rentan yang mengumpulkan, menyortir, dan menjual bahan yang dapat didaur ulang dan melakukan 60% dari proses daur ulang secara global. Pemulung menanggung kesehatan yang buruk dan upah yang rendah, meskipun peran mereka sangat penting. Kebijakan yang memadai diperlukan untuk melindungi hak-hak dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

 

Pelatihan Pengelolaan Sampah Plastik Menjadi Kerajinan Tangan| Photo: Dokumentasi Filantra

 

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Konservasi Sungai dari Sampah Plastik | Foto: Dokumen Filantra

 

Mendaur ulang saja tidak menyelesaikan masalah sehingga mengurangi konsumsi plastik dalam kehidupan sehari-hari menjadi penting, sekilas memang nampak menyulitkan tapi ada beberapa langkah sederhana yang bisa kita lakukan untuk melakukannya. Berikut adalah beberapa tips praktis untuk membantu mengurangi konsumsi plastik Anda:

  • Bawalah tas yang dapat digunakan kembali saat berbelanja.
  • Belilah botol air yang dapat diisi ulang.
  • Hindari sedotan atau bawalah sedotan yang dapat digunakan kembali.
  • Pilih produk dengan kemasan yang lebih sedikit.
  • Hindari plastik sekali pakai.
  • Bawalah wadah untuk sisa makanan.
  • Daur ulang dengan benar.

Dengan memperhatikan konsumsi plastik kita, kita dapat memberikan dampak positif terhadap lingkungan dan membantu mengurangi sampah plastik.

Ditulis oleh Salman Nursiwan

Baca Juga mengenai:  Cukup Satu Kartini Saja