Cukup Satu Kartini Saja
Lebih dari seratus tahun setelah kematian Kartini, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi. Perlu upaya bersama untuk menurunkannya.
Poster Film Kartini Princess of Java (2017) diperankan Dian Sastro.
Sepertinya hanya sedikit orang yang tahu bahwa RA Kartini nyaris menjadi seorang bidan. Ia mengisahkan hal itu dalam suratnya kepada sahabat penanya, Estella Zeehandelar. Dalam suratnya tanggal 11 Oktober 1901, Kartini mengisahkan tawaran beasiswa yang diterimanya untuk mengikuti pelatihan bidan secara cuma-cuma. Kartini memahami rendahnya jumlah bidan di Hindia Belanda saat itu. Saat itu di di Jawa sekira 20 ribu perempuan meninggal ketika melahirkan, dan “30 ribu anak lahir meninggal karena pertolongan saat persalinan yang kurang memadai.” Tiga tahun kemudian, tepatnya tanggal 17 September 1904, Kartini meninggal dunia akibat perdarahan pasca-persalinan, empat hari setelah melahirkan, di usia 25 tahun.
Lebih dari 100 tahun setelah kematian Kartini, angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi, yaitu 189 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan pembaruan data per 18 Juli 2023 dari Badan Pusat Statistik (BPS). Kondisi ini jauh dari target Sustainable Development Goals (SDGs) yang menetapkan batas maksimum AKI sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup sesuai standar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Angka ini membuat Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi di ASEAN dalam hal kematian ibu, jauh lebih tinggi daripada Malaysia, Brunei, Thailand, dan Vietnam yang sudah di bawah 100 per 100 ribu kelahiran hidup.
Berdasarkan data Maternal Perinatal Death Notification (MPDN), sistem pencatatan kematian ibu Kementerian Kesehatan, jumlah kematian ibu pada tahun 2022 mencapai 4.005 dan di tahun 2023 meningkat menjadi 4.129. Sementara itu, untuk kematian bayi pada 2022 sebanyak 20.882 dan pada tahun 2023 tercatat 29.945. Statistik ini menunjukkan setiap hari ada 11 orang ibu dan 82 bayi meninggal karena persalinan.
Dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan yang berpraktik di RSKB Columbia Asia Semarang Nidya Kartika Dewi mengatakan dalam wawancara dengan Kompas (28/12), AKI adalah salah satu indikator penting untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat. “Tingginya AKI menunjukkan bahwa masih banyak ibu hamil dan melahirkan yang tidak mendapatkan akses layanan kesehatan yang berkualitas,” ujar Nidya. Menurutnya, penyebab AKI di Indonesia bervariasi, antara lain: pendarahan pascapersalinan, infeksi nifas, komplikasi kehamilan seperti preeklamsia dan eklamsia, komplikasi persalinan seperti partus lama dan distosia, kelainan bawaan pada bayi, dan enyakit menular seperti HIV/AIDS dan malaria.
Penurunan angka kematian ibu dan bayi merupakan program prioritas Pemerintah di bidang kesehatan. Untuk itu Kementerian Kesehatan menawarkan beberapa program yang mencakup pelayanan sebelum kehamilan, saat hamil, dan juga perawatan untuk bayi.
Dhini Utami tim PLN Unit Induk Transimisi Jawa Bagian Barat (UIT Jabar) mewakili Program Srikandi Movement menyerahkan bantuan kegiatan peningkatan kesehatan ibu dan anak di Desa Ketos | Foto: Filantra
Pentingnya Pelibatan Masyarakat
Menurut Yosef dari Filantra, masyarakat memiliki peran penting dalam mencegah kematian ibu di Indonesia. “Selain keluarga, tetangga sekitar juga bisa membantu mencegah angka kematian ibu di Indonesia dengan berbagai cara”. Ini dilakukan misalnya mulai dari edukasi kepada ibu hamil, dukungan emosional dan fisik kepada ibu hamil, mengaktifkan posyandu untuk pemeriksaan kesehatan dan pemberian imunisasi, promosi kesehatan, pengawasan dan pelaporan, sampai advokasi untuk perawatan kesehatan ibu. Salah satu institusi yang banyak didukung Filantra adalah pos pelayanan terpadu atau posyandu.
Bersama Srikandi Movement misalnya, komunitas pegawai perempuan PLN UIT Jabar ini bekerjasama memberikan bantuan peningkatan kesehatan ibu dan anak melalui posyandu Desa Ketos Tangerang Banten. Bantuan yang diberikan berupa paket pemberian makanan tambahan (PMT) dan alat-alat Kesehatan untuk ibu dan anak .
Selain itu, Filantra memfasiltasi penyaluran bantuan PT Astra Credit Companies berupa pelatihan kader posyandu dan pemberian makanan tambahan bagi anak balita dalam rangka merealisasikan program kesehatan ibu dan anak di Kelurahan Pulau Karomah, Kecamatan Sukajadi, Pekanbaru, Riau.
Upaya yang dilakukan Filantra dilakukan untuk turut membantu menurunkan angka kematian ibu di Indonesia serta mendukung pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Untuk itu diperlukan dukungan dan partisipasi para pihak, termasuk korporasi sehingga tidak ada lagi kartini-kartini lain yang meninggal akibat komplikasi pasca-persalinan di Indonesia. Cukup satu Kartini saja.
Ditulis oleh Salman Nursiwan